SUKU BIMA

SUKU BIMA (MBOJO)
"ilmu sosial dasar"

Bima merupakan daerah yang terbagi menjadi Kabupaten dan Kota. Sebelum pecah menjadi Kabupaten dan Kota, Bima merupakan daerah Kabupaten, dan sebelumnya berbentuk Kerajaan. Setelah menerima agama Islam berubah dari Kerajaan menjadi Kesultanan. Bima memiliki suku asli demikian pula bahasa bernama Mbojo.
Istilah Mbojo sangat akrab ketika orang Bima berada di daerah lain. Misalnya bertemu di terminal bus atau di bandar udara, atau sama-sama berada di daerah lain, bahkan tradisi yang umum sekali bagi pelajar atau mahasiswa yang bertemu di daerah lain, sesama teman sering menyebut ndai dou Mbojo, "kita orang Bima".

Ketika zaman kerajaan yang dilanjutkan dengan masa kesultanan, para sarjana, ilmuan dan penggiat budaya sudah mencurahkan perhatian besar pada bahasa, sastra, budaya dan sejarah kerajaan dan kesultanan Bima

Mengenal segala hal tentang Bima sama mestinya seperti mengenal diri sendiri. Tidak mengetahui dan memahami budaya leluhur, adat dan filsafat hidup merupakan kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan Bima akan hilang ditelan zaman karena kelalaian generasinya.

TRADISI SUKU BIMA :

1. Rimpu




Rimpu merupakan tradisi berbusana untuk kaum perempuan suku Bima dengan menggunakan sarung tenun khas Bima yaitu “Tembe Nggoli”. Cara pemakaiannya membutuhkan dua lembar kain, yaitu satu lembar kain pertama yang dililitkan ke kepala dan menyisakan bagian terbuka untuk wajah, lalu sisa kain dijulurkan hingga ke perut menutupi lengan dan telapak tangan. Kemudian untuk kain kedua dikenakan dengan cara melipatkan kain di pinggang hingga ke bawah seperti penggunaan kain sarung pada umumnya.

Konon, tradisi berbusana ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Bima. Meskipun tradisi berbusana rimpu ini sudah mulai jarang digunakan oleh generasi muda suku Bima sekarang, namun kini mulai sering diperkenalkan kembali pada acara-acara kebudayaan yang diadakan oleh dinas kebudayaan setempat.

2. Mbolo Weki



Dalam bahasa Bima, Kata Mbolo bermakna bundar atau melingkar. Sedangkan Weki bermakna kumpulan, kerumunan, atau sekelompok. Dalam arti sederhana Mbolo Weki berarti sebuah musyawarah diantara lingkungan keluarga, atau kegiatan berkumpul yang dilakukan untuk tujuan mempererat hubungan antar keluarga.

Tradisi Mbolo Weki biasanya diselenggarakan untuk mempersiapkan suatu acara penting dari sebuah keluarga suku Bima. Misalnya acara pernikahan, dalam tradisi Mbolo Weki pada persiapan acara pernikahan perwakilan keluarga yang hadir akan memberikan bantuan berupa uang ataupun beberapa kebutuhan kepada keluarga yang akan menyelenggarakan hajatan untuk membantu persiapan acara pernikahan tersebut.


3.Peta Kapanca





Salah satu tradisi yang masih berjalan saat ini ditengah masyarakat suku Bima adalah Peta Kapanca. Peta Kapanca adalah ritual khusus bagi calon pengantin wanita suku Bima sebelum menikah. Ritual Peta Kapanca dilakukan satu hari sebelum prosesi akad atau pesta pernikahan.

Pada ritual ini, kapanca atau daun pacar yang sudah dihaluskan akan ditempelkan di kedua telapak tangan calon pengantin wanita secara bergilir oleh ibu-ibu pemuka adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama


4. Ampa Fare



Ampa fare diambil dari dua kata yaitu ampa yang berarti mengangkat dan fare yang berarti padi. Tradisi ini merupakan salah satu tradisi menyimpan hasil panen padi ke lumbung yang disebut masyarakat Suku Bima dengan Uma Lengge. Hasil tani yang sudah dipanen dinaikan secara bersama-sama ke dalam Uma Lengge dan disimpan sebagai cadangan pangan.

Tradisi yang konon sudah berlangsung sejak abad ke-8 ini mengandung makna doa dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan hasil panen yang melimpah serta mengajarkan masyarakat agar selalu hidup berhemat. 


5. Tenun Tembe Nggoli

pixabay.com/aiworldexplorepixabay.com/aiworldexplore

Zaman dahulu, para wanita dari suku Bima diwajibkan memiliki keahlian dalam menenun. Keahlian menenun ini lalu diwariskan secara turun-temurun kepada anak-anak sejak usia belia oleh para Ibu mereka dan terus diturunkan ke generasi selanjutnya hingga kini.

Salah satu hasil kain tenun tradisional khas dari Bima ini adalah Tembe Nggoli. Bagi masyarakat Bima, sarung tenun Tembe Nggoli ini adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan hingga kini.

Analisa : Suku bima memiliki beberapa tradisi seperti RIMPU, MBOLO WEKI, PETA KAPANCA, HAMPA FARE , DAN TENUN TEMBE NGGOLI, Tradisi tersebut sangat unik untuk di pelajari bagi masyarakat lokal indonesia maupun Turis Luar negri , supaya bisa mengenalkan keunikan budaya Indonesia terutama budaya dari BIMA (MBOJO) 

Sumber : IDN TIMES (https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/life/inspiration/amp/fenny-setyawati/tradisi-suku-bima-c1c2)










Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS; Deskripsikan diri kalian yaitu sebagai: 1. Manusia individu 2. Manusia dalam keluarga 3. Manusia dalam lingkungan tempat tinggal 4. Manusia dalam lingkungan kampus

SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL